Monday 23 November 2015

3 Golongan yang akan bersalaman dengan Para Malaikat


Sebagai anugrah atas pengabdian dan kesungguhan menjalankan amanah kehambaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka ada karunia yang diberikan untuk hamba-hamba yang taat ini. Orang-ornag dalam kategori ini diberikan kesempatan untuk dapat merasakan jabat tangan dengan makhluk Allah yang taat pula, yakni para malaikat.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada tiga kelompok manusia yang akan berjabat tangan dengan para malaikat. Mereka itu adalah para syuhada, orang mukmin yang bertahajud di bulan Ramadhan, dan mereka yang berpuasa pada hari Arafah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Tiga kelompok akan berjabat tangan dengan malaikat sewaktu dibangkitkan dari kuburnya. Mereka itu adalah para syuhada, orang-orang mukmin yang bertahajud di bulan Ramadhan, dan mereka yang berpuasa di hari Arafah.”
Ketiga kelompok ini adalah makhluk Allah yang mendapatkan perlakuan istimewa karena selama di dunia mengabdikan umur mereka untuk menjadi hamba Allah yang sejati.
Para syuhada adalah orang-orang yang dengan rasa optimis dan percaya diri bahwasanya meneyerahkan seluruh hidup dan mati mereka hanya di jalan Allah. Mereka sangat bersemangat ketika harus berkorban untuk kepentingan agama. Karena itu, nyawa sekalipun mereka serahkan demi tegaknya agama Islam. Dan penghargaan berupa mendapatkan kesempatan untuk berjabat tangan dengan para malaikat adalah sebuah kehormatan yang diberikan kepada mereka.
Demikian pula orang-orang yang mengoptimalkan seluruh malam dari bulan Ramadhan untuk melakukan ibadah shalat Tahajjud, turut mendapatkan kesempatan emas ini. Bagi orang-orang ini, Ramadhan adalah bulan kesempatan emas untuk senantiasa bermunajat kepada Allah. Kalau kemudian Allah memberikan kesempatan spesial untuk berjabat tangan dengan malaikat, maka itu merupakan anugrah yang pantas diberikan kepada mereka.
Demikian juga orang-orang yang memperhatikan hari-hari penting dalam perjalanan hidup mereka. Contoh peristiwa yang tidak kalah penting adalah hari Arafah. Karena pada hari itu banyak sekali pesan-pesan keagamaanyang disampaikan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam kepada para umatnya. Sampai-sampai dalam ibadah fiqih, mendatangi Arafah merupakan ritual penentu syah atau tidaknya seseorang dalam menjalankan ibadah haji.
Sekali lagi diberinya kesempatan oleh Allah untuk berjabat tangan dengan malaikat merupakan anugrah yang selayaknya diterima oleh ketiga golongan tersebut.
Disambut Malaikat Ridhwan
Disebutkan, bahwa jika hari kiamat telah tiba, dan seluruh umat manusia dibangkitkan dari kuburnya, maka Allah mewahyukan kepada malaikat Ridhwan sebagai berikut:
Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang berpuasa dalam keadaan lapar dan dahaga. Sambutlah mereka dengan segala kenikmatan dan kelezatan yang ada di dalam surga.
Maka malaikat Ridhwan memanggil para jejaka dan anak-anak yang bilangannya lebih banyak dari tetesan hujan, bintang-bintang di langit, dan daun-daun pohon.
Lalu mereka berdatangan sambil membawa baki-baki yang terdiri dari cahaya yang bergemerlapan, berisikan buah-buahan, makanan yang bersih lagi banyak, serta minuman-minuman yang lezat. Itu semua dihidangkan kepada mereka denan penuh penghormatan dan dengan ucapan: Makan dan minumlah dengan selezat-lezatnya, sebagai balasan dari hari-hari yang telah berlalu.”
Diriwayatkan bahwa Rasulullh shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Jika hari kiamat telah tiba, akan ada sekelompok manusia yang bersayap-sayap burung. Mereka terbang dan berhinggapan di pagar-pagar surga. Lalu malaikat juru kunci surga bertanya, ‘Siapakah kalian semua ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami adalah umat Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam.’ Malaikat juru kunci surga bertanya, ‘Sudahkah kalian menjalani hisab?’ Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Malaikat juru kunci surga bertanya lagi, ‘Sudahkah kalian melewati sirath?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak.’ Malaikat juru kunci surga bertanya lagi dengan apa mereka memperoleh derajat semacam ini. Mereka menjawab, ‘Kami beribadah kepada Allah dengan cara yang samar (secara sembunyi-sembunyi). Dan kami dimasukkan ke dalam surga dengan rahasia pula.’” (Dalam kitab Zubdatul Wa’idiin)

No comments:

Post a Comment